tan malaka

tan malaka

kalau sudi jadi pengikut add kt sini

sejarah bangsa melayu sumatera,jambi, malaysia


ILMU PANCUNG MATA SUKU KUBU ORANG RIMBA JAMBI MELAYU YG BERHIJRAH KE JOHOR.PAHANG..MELAKA..PERAK TENGAH..SEBILANGAN MASUK FELDA DI NEGERI SEMBILAN..BUKAN SAHAJA JAMBI MALAH MELAYU PALEMBANG..RIAU..MELAYU DELI..BELITONG..ASAHAN DAN LAIN-LAIN

Bismillahhirrahmannirrahim,..assallammualaikum salamun qaulam mirrabbirr rahim kepada seluruh anggota kampus wong alus di seluruh nusantara,salam takzhim sekaligus nuwun ijin kepada pemilik blog semoga selalu dalam rahmat dan lindungan tuhan seru sekalian alam,jika di perkenan kan terniat di hati ini untuk menulis sebait dua bait pengetahuan warisan suku kubu orang rimba pedalaman jambi sumatra mungkin saja pengetahuan secuil ini ada juga gunanya teruntuk kawan kawan saudara saudara sebangsa dan setanah air indonesia,dan suku melayu asia pada umumnya nusantara kita ini luas dan tercecer cecer rupanya, sebagai sedikit acuan ternyata masih ada saudara sebangsa dan setanah air dengan kita yang tidak kita kenal keberadaannya bahkan mungkin kita lupakan begitu saja padahal mereka adalah pagar betis benteng nyata dari berdirinya bangsa ini dengan segala keberagamannya,mereka menyimpan piandel piandel natural yang sangat ampuh untuk dapat kita pinjam dan gunakan dalam berusaha menggerak kan berbagai bidang economi sebagai media supranatural yang sudah terbukti ribuan tahun sebelum kita yang konon katanya ber adat dan ber agama ini lahir,salah satu dari saudara kita yang tercecer itu termasuk orang rimba suku KUBU pedalaman jambi sumatra indonesia.

Saya mengenal suku kubu ini sama dengan saya mengenal sosok besar seperti seorang BUNG KARNO,selain karna saya memang suku pedalaman talang mamak,adik darah dari suku KUBU yang memang harus ewuh pakewuh kepada induk kepala suku nya,suku kubu juga adalah suku yang terlihat garang,penuh mysteri namun ia sangatlah ramah dan mencintai bangsa nya,ia memanggil indonesia dengan sebutan TUAN RAJO INDONESIA,bukankah bung karno juga memiliki karakter seperti itu…..saya cukup lama rasanya keluar masuk hutan untuk mencari sedikit pituah hidup dari suku KUBU jambi sumatra ini,dengan niat yang jelas yaitu sebagai penajam hidup agar sedikit hidup lebih mudah dalam menapak pijar pijar hidup yang dulu memanglah keras,tiada niat lain hanya untuk kebaikan saja dan atas dasar niat baik itu juga lah saya dengan redho ikhlas hati berencana menularkan sedikit pengetahuan supranatural warisan saudara sebagsa dengan kita ini kepada kawan kawan dan handai taulan,jika saya tersilaf kata terselip lidah sehingga menyinggung rasa keberagaman sesepuh sesepuh,tokoh tokoh pemuda yang ada di blog ini maka saya membungkuk memohon maafkan lah saya yang dhoif ini….

ilmu PANCUNG MATA ini berawal saya dapat kan dari sebuah konsep kitab kuno yang di simpan oleh datuk saya,konsep kuno itu bertuliskan sebuah pesan yang sangat menggelitik saya,begini bunyi konsep itu”jika engkau seorang pemuda tangguh maka tak patut jika tak tau apa itu pancung mata,berguru ilmu wanita kepada wanita,berguru mata kepada mata berguru nyawa kepada nyawa,terpancung mata terpancung jiwa maka terpancunglah nyawa” begitu bunyi kalimat dalam konsep tua tersebut.

lalu dengan terus menerus saya meminta kepada datuk saya,apa makna dari kalimat konsep tua tersebut,hampir 3 tahun lebih baru beliau mau membabarkan apa makna serta translate dari konsep itu, PANCUNG MATA adalah satu satu nya ilmu ghaib yang pertama sekali di kuasai oleh suku melayu tuo yang tiba di bumi sumatra,pertama sekali ilmu tersebut di bunyikan saat 777 orang pertama suku hindie sekarang bernama melayu menginjak kan kaki di tanah sulawesi/bugis dan menyebrang ke tanah sumatra,ilmu pancung mata adalah sejenis ilmu ghaib yang ber pungsi mengkaji dan membangkitkan segala hal mistis yang berhubungan dengan pandangan,ia tergolong kaji diri batang tubuh,seperti kita ketahui hidup dan mati kita itu bermula dari pandangan mata,dengan sepasang mata yang telah di isi kekuatan ghaib maka perang suku pun yang sudah di hadapan mata dapat ia buat berhenti dan saling perpelukan dalam damai,dengan mata yang telah di penuhi aura kasih mampu menyembuhkan orang yang tengah bersedih seakan mau mati besok,bukan kah mata adalah jendela jiwa,bekerja lah kamu sekuat apapun,sekolah lah tinggi tinggi setinggi apapun namun jika mata mu mengandung luka,mengandung dendam,mengandung loro maka sampai tua lah engkau akan tetap menjadi bawahan,mata ini lah sumber dari segala kesuccessan dan kegagalan bahkan tertipu pun itu adalah pekerjaan mata kata orang dulu sulap mata,mata yang telah terisi oleh kekuatan ghaib maka ia mampu menyulap uang seratus ribu menjadi satu juta terlihat,karna ulah mata lah maka NINIK SITI HAWA takluk kepada MOYANG ADAM,jika sempurna maka pancung matalah yang mampu membelah seonggok kayu dengan hanya memandangnya ( tangan besi nama ilmu nya)bahkan sudah kita ketahui bahwa sesungguhnya cara kerja santet atau tuju (bahasa orng kubu santet itu tuju) sangatlah sederhana yaitu memandang satu bilah badik atau pisau lalu ia bayangkan menjadi dua,nah badik/pisau yang telah bathin tadi karena di pandang dua itulah yang ia gerak kan ke tubuh lawan,bukan pisau yang zahir nya tapi pisau yang bathin di pandang tadi,maka tidak heranlah jika banyak anak rimba suku KUBU mampu berjalan di tengah hutan saat malam hari,mereka mampu memantalkan apa saja hewan yang menyerang hanya dengan memandangnya…begitu bahaya nya pekerjaan pandangan mata!!!!.

selanjutnya ILMU PANCUNG MATA ini erat hubungannya dengan ilmu pukau yang pernah saya posting namun ia lebih tertuju kepada pukau pekasih bukan pukau penghiba,ia hanya di gunakan oleh raja raja dan kepala suku orang rimba/suku KUBU sebagai media untuk membuat istri nya yang berjumlah banyak menjadi akur damai tentram dalam satu rumah,maka oleh itu ilmu PANCUNG MATA ini yang paling ampuh berguru nya pada seorang wanita,karena wanita lah yang mengetahui rahasia titik lumpuhnya wanita,ini sesuai dengan tulisan konsep dari datuk saya tadi,karena konsep tulisan tadi juga ada bertuliskan hutang piutang,bayar membayar maka datuk saya juga mengatakan ilmu PANCUNG MATA sangat ampuh jika di gunakan untuk perdagangan,berbisnis dan aktifitas economi lain,kalau untuk hal ini datuk saya telah membuktikannya,dan ada beberapa kawan kawan lain yang berjodoh dengan ilmu ini pun membawa ilmu jenis ini dalam perniagaan karena akan jauh lebih terasa manfaatnya,cara nya bagai mana saya rasa setiap pengamal memiliki cara bisnis masing masing tinggal ia lambarai saja mata nya dengan ilmu pancung mata saat melakukan transaksi…………

maka bermula lah saya memulai perjalanan mengembara ke pedalam jambi untuk berguru jenis ilmu ini,ada 7 kepala suku serta komunitas orang kubu yang saya temui dan saya mintai pendapat namun tak satu pun jua yang mengetahui keberadaan ilmu paling tua tersebut,mereka hanya berucap terkejut saja saat saya mengatakan hendak mencari guru yang masih menyimpan ilmu pancung mata,mereka katakan bahwa ilmu itu tidak lagi di kuasai oleh manusia biasa,ilmu itu hanya mampu di kuasai oleh seorang guru wanita muda,biasanya anak kepala suku idam,yang berat nya adalah wanita yg mengusai itu bukanlah wanita biasa ia adalah wanita yang telah maujud nyata menjadi seperti siamang ( siamang itu sejenis sinpanse/orang utan) namun ia tetap wanita muda yang cantik bukan seperti kera,……nah untuk kali ini saya yang terkejut bukan kepalang karena mana ada lagi pada jaman sekarang walaupun kami orang suku pedalaman talang mamak,atau orang kubu yang wanita nya berbulu seperti siamang dahulu 60 tahun lalu memang masih ada di sebabkan sangat akrab dan menyatunya dengan alam seorang pertapa wanita mampu merubah tubuhnya seperti siamang hingga ia lebih hebat dari siamang jika berjalan di tengah hutan rimba,jaman 10 tahun lalu orang rimba sudah memakai hand phone,berpakaian layaknya model dari rimba bollywood,kulitnya pun jauh lebih halus mulus putih bersih dari artis jakarta..hehehe,saya mulai berpatah arang mungkin tidak lagi berjodoh saya dengan ilmu ini padahal niat saya lurus lurus saja bukan untuk kejahatan hanya sebagai pelestari ilmu yang hampir punah,3 minggu lebih rasanya saya berjalan di hutan jambi untuk pulang ke riau namun karena pikiran galau dan hati hampa saya tersesat sehingga tidak tau jalan pulang saat keluar dari hutan dan menemui jalan raya/jalan aspal mobil,ternyata saya telah sampai di perbatasan palembang,saat saya akan naik menumpangi sebuah bus kalau tidak salah mobil handoyo,tiba tiba saya melihat seekor siamang/sinpanse 2 ekor tengah asyik di ranting pohon memandangi saya,saya cancelle naik bus handoyo dan meneliti pada 2 ekor hewan sinpanse yang tengah duduk di atas ranting pohon tersebut,semakin saya lihat semakin saya jelas bahwa itu bukanlah hewan tetapi wanita yang berbulu kuning seperti sinpanse karena bibirnya seperti menggunakan lipstic,saya dekati dan dia pun terlihat ramah,lalu terjadilah komunikasi dengan menggunakan bahasa jambi campur bahasa palembang dan alhamdulillah saya ikuti kedua sahabat wanita itu ke rumahnya dan di kenalkan kepada bapaknya yang memang kepala suku orang kubu jambi,singkat cerita saya ceritakan semua niat dan tujuan saya masuk berkelana ke hutan rimba ini beserta petunjuk dan nama datuk saya,alhamdulillah beliau kebetulan orang yang masih menyimpan ilmu PANCUNG MATA tersebut dan salah satu wanita yang menguasainya adalah kedua putri beliau tadi yang telah membawa saya ke pondok beliau,2 malam saya di pondok sang kepala suku orang KUBU tersebut dan pada malam ke 3 nya saya di ijazahkan kalimat ilmu PANCUNG MATA beserta tata caranya yang juga akan saya ijazahkan sepenuh penuhnya kepada pembaca blog kampus wong alus tercinta ini,berikut kalimatnya serta tata cara penajamnya:

ALLAH nganung
ngang tampi limpa gung ALLAH
pancung mate si mate ngang
bedengung tampi,bedengung khobur
ALLAH nian ku pandang
HU si pandang dongung
barokhat si khodam pancung

NB: tulisan ngang di baca berbunyi ngung
si guru wanita memulai dengan ALLAH ngang namun saya memulai dengan bismillahhirrahmannirrahim,beliau juga menyetujui

TATA CARA PEMASUKAN ILMU INI KE MATA:

-duduklah di luar rumah harus sekitar pertengahan malam,kalau kita moderen sekitar jam 3 subuh hingga jam 4 subuh,
-setelah duduk di tanah tampungkanlah kedua telapak tangan ke arah atas seperti kita berdoa
-biarkan telapak tangan tersebut terkena embun subuh hari tersebut,semakin dingin telapak tangan semakin tajam pancung mata nya

-sambil menyerap daya embun yang terserap saat telapak tangan terbuka,maka bacalah kaat pancung mata di atas selama 1 jam saja (jgn di hitung)

-setelah satu jam maka gosok kan kedua telapak tangan terlebih dahulu hingga terasa hangat/panas kedua telapak tangan tersebut

-setelah terasa panas maka usapkan lah/tempelkanlah kedua telapak tangan tersebut pada kedua mata,ingat mata tetap terbuka jangan di tutup sambil membaca kalimat di atas selama kira kira 15 menit.

-setelah selesai maka silahkan istirahat atau kembali tidur
lakukan cara ini selama 3 malam,dengan jeda malam 3 hari ( malam pertama,setelah itu jeda 3 malam baru malam kedua,jeda lagi 3 malam baru malam ke 3)

setelah selesai maka ilmu pancung mata telah siap di gunakan….dengan cara :

setiap akan menggunakannya,bacalah kalimat ilmu pancung mata sambil menggosok kan kedua telapak tangan,hingga terasa panas setelah terasa panas barulah tempelkan pada kedua mata dengan posisi mata tetap terbuka,insyaALLAH jika senyawa kalimat tersebut dengan mata maka khasiatnya instant dapat di lihat langsung.

PENAJAMNYA/UNTU MENG AWET KAN ILMU INI DI MATA:

sebulan satu kali lakukan saja cara seperti pemasukan ilmu di atas selama 3 hari juga,semakin setiap bulan rutin mengamalkannya walaupun satu bulan sekali insyaALLAH sekitar 6 bulan maka kekuatan pancung mata nya akan sangat melekat di batang tubuhnya,semoga sedikit bermanfaat….amin.
Sumber: ‘Adat Istiadat Daerah Jambi’. {Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan}. 1977/1978.





Suku Anak Dalam(Anak Rimba)


Alih fungsi hutan di Jambi menjadi ancaman serius bagi kehidupan orang rimba atau biasa disebut suku anak dalam. Semakin maraknya pembukaan kebun kelapa sawit yang jadi penyebabnya.
Yang terancam tentunya termasuk biota hutan sumatera, selain keberadaan orang rimba tadi. Sayangnya, kasus yang sedang bergolak selama setahun terakhir ini kalah pamor dengan berita 'guyonan' politik.





Seperti apa dan bagaimana kehidupan adat suku anak dalam, tak ada salahnya kita mengenal lebih jauh lewat tulisan ini.

Suku anak dalam memiliki wilayah hidup yang cukup luas di Sumatera. Mulai dari Palembang hingga Riau dan Jambi. Namun, memang paling banyak terdapat di daerah Jambi.




Penduduk asli di Jambi -lebih tepatnya adalah penduduk yang nenek moyangnya menetap di daerah Jambi pada zaman dahulu, terdiri dari beberapa suku. Suku-suku tersebut adalah suku kubu (suku anak dalam), suku Bajau. Adapula Kerinci dan orang Batin. Terdapat pula orang Melayu Jambi yaitu orang Penghulu dan Suku Pindah yang kesemuanya adalah termasuk kategori penduduk asli yang memiliki ras Melayu.

Sesungguhnya, suku kubu (suku anak dalam) ini adalah percampuran suku bangsa suku bangsa dengan suku Wedda atau yang disebut suku bangsa Weddoid oleh para anthropologi.

Kehidupan dari suku kubu (anak dalam) terkenal dengan kebiasaannya yang suka hidup terisolasi dari kehidupan dunia luar yang mengakibatkan rendahnya tingkat kebudayaan dan peradaban dari mereka. Hal tersebut terlihat dari bentuk rumah baik dari segi susunan dan bahan bangunannya, kebudayaan material suku Kubu (Anak Dalam) yang masih sangat sederhana, kemudian alat-alat rumah tangga yang mereka gunakan, alat-alat bercocok tanam dan berkebun, pakaian sehari-hari dan upacara yang mereka kenakan.

Namun, suku Kubu (Anak Dalam) juga mengenal kebudayaan rohani yang meliputi kepercayaan akan setan-setan dan dewa-dewa, adat kelahiran, perkawinan, pelaksanaan kematian, pantangan atau tabu, hukum adat, kesenian dan bahasa yang memiliki cirri khas tersendiri dibandingkan dengan penduduk lainnya di daerah Jambi tersebut.

Mereka masih menerapakan budaya berburu, sistem barter, dan juga bercocok tanam untuk kelangsungan hidup mereka dan mereka termasuk suku yang menganut sistem hidup seminomaden karena kebiasaan berpindah-pindah yang mereka lakukan.

Kebiasaan mereka dalam berburu dan bercocok tanam tersebut ternyata memiliki suatu hukum adat sendiri-sendiri. Dalam artian, suatu suku Kubu (Anak Dalam) tertentu terdiri dari suatu kelompok induk masyarakat terasing yang terdiri dari beberapa kelompok besar yang terbentuk karena sesama hubungan darah/saudara dan biasanya mereka berdiam di hutan rimba besar yang terpencil dari masyarakat dusun.

Terdapat batas-batas tertentu yang ditentukan oleh bukit-bukit yang terdapat pada hulu anak sungai kecil yang mengalir ke sungai yang agak besar yang menunjukkan daerah kekuasaan mereka dalam berburu dan bercocok tanam.


Jika terdapat suku Kubu lainnya yang memasuki wilayah tersebut yang tidak memiliki hubungan darah/saudara maka mereka akan dianggap melanggar daerah kekuasaan dan dapat dihukum secara adat yang berlaku di kalangan mereka atau lebih parahnya akan terjadi perkelahian.







Adapun kebiasaan yang harus kita hindari jikalau bertemu dengan suku Kubu (Anak Dalam) jika kita berkunjung ke daerah Jambi. Mereka terkenal tidak pernah ‘mandi’ jadi hal terbaik jangan pernah menunjukkan gerakkan kalau kita merasa terganggu akan ‘bau badan’ mereka.



Jika kita atau mereka meludah ke tanah dan mereka menjilat ludah tersebut secara tidak langsung kita sudah menjadi bagian dari mereka (mereka memiliki ilmu gaib yang bisa dikatakan sakti). Percaya atau tidak percaya itulah kenyataan yang ada.

Seolah, gaya hidup mereka memang terbilang masih asli dan cenderung primitif - bila dibandingkan dengan kemajuan penduduk di kota-kota besar Indonesia.

Namun, masyarakat adat asli seperti suku anak dalam adalah satu dari sekian banyak kekayaan negeri ini. Seharusnya kita rawat dan ayomi.
Modernisasi serta pemaksaan norma (plus agama) malah memiskinkan warisan bumi Indonesia itu sendiri, percayalah.

Butet Manurung
Butet Manurung. Beliau adalah sosok perempuan yang dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Februari 1972, berasal dari keluarga berada yang mengabdikan dirinya pada dunia pendidikan,




Tanpa mengecilkan arti pengajar-pengajar muda lain yang berjuang di daerah terpencil, peran Butet memang cukup besar di pedalaman Jambi.



Butet mendirikan sebuah ‘sekolah rimba’ di daerah Jambi tersebut, khususnya bagi suku anak dalam pada waktu itu. Hal itu dikarenakan rasa cintanya akan alam dan juga dunia anak-anak sehingga ia menginginkan agar seluruh anak-anak di Indonesia terlebih suku anak dalam semuanya mahir baca-tulis.

Misteri Orang Pendek Di Sumatera




Mungkin ramai yang sudah pernah membaca kisah mengenai sejenis makhluk ini di beberapa majalah mahupun surat khabar kerana terdapat banyak juga yang sudah mengulas menegnainya. Orang Pendek ialah nama yang telah diberikan kepada sejenis binatang (atau mungkin sejenis manusia?) yang pernah dilihat oleh ramai orang selama beratus-ratus tahun. Ia kerap muncul di sekitar Taman Negara Kerinci Seblat, Sumatera.

Meskipun dipercayai ramai orang pernah melihatnya selama tempoh masa ratusan tahun namun kewujudan Orang Pendek sehingga sekarang masih merupakan sebuah teka-teki yang penuh pelbagai misteri. Tidak ada seorang pun yang tahu sebenarnya makhluk jenis apakah yang sering disebut sebagai Orang Pendek tersebut. Malah tidak pernah ada juga laporan yang mengatakan bahawa terdapat sesiapapun pernah menangkap jasad makhluk ini ketika ia hidup mahupun mati. Namun sebaliknya ada ramai juga yang mengaku pernah terserempak dengan makhluk berkenaan.

Sekadar maklumat untuk kita, misteri kewujudan Orang Pendek ini telah termasuk ke dalam salah satu kajian Cryptozoolgy, begitulah yang saya ketahui daripada beberapa sumber. Ekspedisi pencarian Orang Pendek ini sudah beberapa kali di lakukan di Kawasan Kerinci, salah satunya adalah ekspedisi yang dibiayai oleh National Geographic Society.

National Geographic sangat tertarik mengenai legenda Orang Pendek di Sumatera. Beberapa penyelidik telah dihantar ke sana untuk melakukan kajian mengenai makhluk tersebut. Setakat ini, para saksi yang mengaku pernah melihat Orang Pendek menggambarkan tubuh fizikalnya sebagai makhluk yang boleh berjalan tegap (berjalan dengan dua kaki) tinggi kira-kira satu meter (di antara 85 cm hingga 130 cm) dan mempunyai banyak bulu di seluruh badan. Bahkan ada jua yang mendakwa Orang Pendek tersebut berjalan dengan membawa pelbagai peralatan memburu yang seakan-akan tombak.


Suku Talang Mamak

Sejarah

Suku Talang Mamak tergolong Melayu Tua (Proto Melayu) merupakan suku asli Indragiri, mereka juga menyebut dirinya “Suku Tuha”. Kedua sebutan tersebut bermakna suku pertama datang dan lebih berhak terhadap sumber daya di Indragiri Hulu. Ada beberapa versi asal suku Talang Mamak. Menurut Obdeyn-Asisten Residen Indragiri, Suku Talang Mamak berasal dari Pagaruyung yang terdesak akibat konflik adat dan agama. Sedangkan berdasarkan mitos bahwa Talang Mamak merupakan keturunan Adam ketiga berasal dari kayangan turun ke bumi, tepatnya di Sungai Limau dan menetap di Sungai Tunu (Durian Cacar, tempat Pati). Hal ini terlihat dari ungkapan “Kandal Tanah Makkah, Merapung di Sungai Limau, menjeram di Sungai Tunu”. Itulah manusia pertama di Indragiri nan bernama Patih.
Penyebaran

Suku Talang Mamak tersebar di empat kecamatan yaitu : Kecamatan Batang Gangsal, Cenaku, Kelayang dan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu Riau. Dan satu kelompok berada di Dusun Semarantihan desa Suo-suo Kecamatan Sumai Kabupaten Tebo Jambi. Pada tahun 2000 populasi Talang Mamak diperkirakan ±1341 keluarga atau ±6418 jiwa.


Budaya
Kepercayaan Talang Mamak masih animisme dan sebagian kecil Katolik sinkritis khusunya penduduk Siambul dan Talang Lakat. Mereka menyebut dirinya sendiri sebagai orang “Langkah Lama”, yang artinya orang adat. Mereka membedakan diri dengan Suku Melayu berdasarkan agama. Jika seorang Talang Mamak telah memeluk Islam, identitasnya berubah jadi Melayu.


Orang Talang Mamak menunjukkan identitas secara jelas sebagai orang adat langkah lama. Mereka masih mewarisi tradisi leluhur seperti ada yang berambut panjang, pakai sorban/songkok dan gigi bergarang (hitam karena menginang). Dalam selingkaran hidup (life cycle) mereka masih melakukan upacara-upacara adat mulai dari melahirkan bantuan dukun bayi, timbang bayi, sunat, upacara perkawinan (gawai), berobat dan berdukun, beranggul (tradisi menghibur orang yang kemalangan) dan upacara batambak (menghormati roh yang meninggal dan memperbaiki kuburannya untuk peningkatan status sosial).


Kebanggaan terhadap kesukuan tersebut tidak lepas dari sejarah kepemimpinan Talang Mamak dan Melayu di sekitar Sungai Kuantan, Cenaku dan Gangsal. Kepemimpinan Talang Mamak tercermin dari pepatah “Sembilan Batang Gangsal, Sepuluh Jan Denalah, Denalah Pasak Melintang; Sembilan Batin Cenaku, Sepuluh Jan Anak Talang, Anak Talang Tagas Binting Aduan; beserta ranting cawang, berinduk ke tiga balai, beribu ke Pagaruyung, berbapa ke Indragiri, beraja ke Sultan Rengat”. Ini menunjukkan bahwa Talang Mamak mempunyai peranan yang penting dalam struktur Kerajaan Indragiri yang secara politis juga ingin mendapatkan legitimasi dan dukungan dari Kerajaan Pagaruyung.





Hingga sekarang sebagian besar kelompok Talang Mamak masih melakukan tradisi “mengilir/menyembah raja/datok di Rengat pada bulan Haji dan hari raya” sebuah tradisi yang berkaitan dengan warisan sistem Kerajaan Indragiri. Bagi kelompok ini ada anggapan jika tradisi tersebut dilanggar akan dimakan sumpah yaitu “ke atas ndak bepucuk, ke bawah ndak beurat, di tengah dilarik kumbang” yang artinya tidak berguna dan sia-sia.


Mereka memiliki berbagai kesenian yang dipertunjukkan pada pesta/gawai dan dilakukan pada saat upacara seperti pencak silat yang diiringi dengan gendang, main gambus, tari balai terbang, tari bulian dan main ketebung. Berbagai penyakit dapat disembuhkan dengan upacara-upacara tradisional yang selalu dihubungkan dengan alam gaib dengan bantuan dukun.


Prinsip memegang adat sangat kuat bagi mereka dan cenderung menolak budaya lauar, tercermin dari pepatah “biar mati anak asal jangan mati adat”. Kekukuhan memegang adat masih kuat bagi kelompok Tigabalai dan di dalam taman nasional, kecuali di lintas timur karena sudah banyaknya pengaruh dari luar.


Dengan berlakunya UU Pemerintah Desa No. 5 tahun 1979, mengakibatkan berubahnya struktur pemerintahan desa yang sentralistik dan kurang mengakui kepemimpinan informal. Akhirnya kepemimpinan Talang Mamak terpecah-pecah, untuk posisi patih diduduki 3 orang yang mempunyai pendukung yang fanatis, demikian juga konflik terhadap perebutan sumber daya. Walaupun otonomi daerah berjalan, konflik kepemimpinan Talang Mamak sulit diresolusi, mereka saat ini saling curiga.


Pendidikan


Sebagian besar penduduk Talang Mamak buta huruf yang disebabkan oleh berbagai faktor dan kendala. Di dalam taman nasional, wilayahnya tidak terjangkau, sarana prasarana tidak memungkinkan. Di luar taman seperti di Lintas Timur, sekolah baru ada akhir-akhir ini dan kurang diminati sebab pendidikan dirasa tidak dapat memecahkan masalah mereka di samping ekonomi yang subsistem. Di wilayah Tigabalai sebagian besar menolak pendidikan, karena anak-anak mereka yang bersekolah dan mengecap pendidikan akhirnya keluar dari kelompoknya.


Lingkungan dan Ekonomi


Tanah dan hutan bagi Suku Talang Mamak merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat dipisahkan. Sejak beratus-ratus tahun mereka hidup damai dan menyatu dengan alam. Mereka hidup dari mengumpulkan hasil hutan dan melakukan perladangan berpindah. Dari dulu mereka berperan dalam penyediaan permintaan pasar dunia. Sejak awal abad ke-19 pencarian hasil hutan meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan dunia terhadap hasil hutan seperti jernang, jelutung, balam merah/putih, gaharu, rotan. Tetapi abad ke-20 hasil hutan di pasaran lesu atau tidak menentu, namun ada alternatif ekonomi lain yaitu mengadaptasikan perladangan berpindah dengan penanaman karet. Penanaman karet tentunya menjadikan mereka lebih menetap dan sekaligus sebagai alat untuk mempertahankan lahan dan hutannya.


Mereka mulai terusik dan diporakporandakan oleh kehadiran HPH, penempatan transmigrasi, pembabatan hutan oleh perusahaan dan sisanya dikuasai oleh migran. Kini sebagian besar hutan alam mereka tinggal hamparan kelapa sawit yang merupakan milik pihak lain. Penyempitan lingkungan Talang Mamak berdampak pada sulitnya melakukan sistem perladangan beringsut dengan baik dan benar dan harus beradaptasi, bagi yang tidak mampu beradaptasi kehidupannya akan terancam. Oleh sebab itu, sekelompok suku Talang Mamak yang di Tigabalai di bawah kepemimpinan Patih Laman gigih mempertahankan hutannya.


Demi memperjuangkan hutan adat, ia menentang dan menolak segala pembangunan dan perusahaan serta rela mati mempertahankan hutan. Kegigihan dan perjuangan “orang tua si buta huruf ini” diusulkan menjadi nominasi dan memenangkan penghargaan International “WWF International Award for Conservation Merit 1999″ dari tingkat grass root. Beliau juga mengharumkan nama Riau dan Indonesia di bidang konservasi yang diterimanya di Kinabalu Malaysia bersama dua pemenang lainnya dari Malaysia dan India. Pada tahun 2003, Patih Laman mendapatkan penghargaan KALPATARU dari Presiden Republik Indonesia.

Sejak lama masyarakat Suku Talang Mamak hdiup damai dan menyatu dengan alam, karena hidup dihutan maka mengumpulkan hasil hutan dan melakukan perlandangan berpindah-pindah adalah sebagian cara hidupnya, bahkan hasil hutan mereka sejak abad ke 19 penghasilannya meningkat dengan pesat seiring dengan meningkatnya permintaan dunia terhadap hasil hutan.

Tetapi belakangan sejak abad ke 20, pasaran jadi lesu dan permintaan terhadap hasil hutanpun menjadi lesu, tetapi mereka masih tetap bertahan dengan mengadaptasikkan perlandangan berpindah dengan menanam karet sehingga menjadi penetap juga dengan demikian hal ini juga merupakan alat untuk mempertahankan lahan dan hutan.






Rumah Panggung Suku Talang Mamak



Dibawah kepemimpinan Patih Laman Suku Talang Mamak mempertahankan hutannya sehingga karena kerja kerasnya Patih Laman mendapat Award dari WWF dan beliau juga mendapat Kalpataru dari negara Indonesia itu.



Masyarakat Talang Mamak Dalam Taman Nasional


Suku Talang Mamak yang ada di dalam taman nasional secara tradisional masuk dalam kepemimpinan Sembilan Batang Gangsal Sepuluh Jan Denalah, Denalah Pasak Melintang. Sekitar seratus tahun yang lalu penduduk di wilayah ini masih Talang Mamak, namun dengan masuknya Islam, ada tiga dusun yang penduduknya sudah Melayu, mengalih atau menjadi langkah baru.


Pada tahun 1999 jumlah penduduk di dalam TNBT sebanyak 181 keluarga atau 844 orang. Di mana Talang Mamak berjumlah 97 keluarga atau 523 orang. Sedangkan Suku Melayu sebanyak 64 keluarga atau 321 orang.


Masyarakat Talang Mamak dan Melayu tradisional tersebut berada di dalam TNBT sepanjang Sungai Gangsal. Ada 8 dusun yang mereka tempati, di wilayah Riau 7 dusun yaitu Tanah Datar, Dusun Tua, Suit, Sadan, Air Bomban, Nunusan dan Siamang Desa Rantau Langsat. Sedangkan satu dusun lagi di wilayah Jambi yaitu Semerantihan desa Suo-suo. Kelompok yang memecah dari Dusun Tua karena konflik dan ketersediaan sumber daya.


Ada 3 dusun dihuni Suku Melayu yaitu Dusun Sadan, Air Bomban dan Nunusan selebihnya dihuni Suku Talang Mamak.


Pertambahan penduduk di dalam TNBT stagnan karena antara natalitas dan fertilitas umumnya seimbang. Sistem kesehatan masih tradisional, penyembuhan penyakit masih secara tradisional dengan menggunakan dedaunan, akar-akaran,pohon-pohon dan buah pohon dan selalu menghubungkannya dengan sistem kosmologi.


Secara budaya Masyarakat Talang Mamak di dalam TNBT sedikit berbeda dengan di Tigabalai-Pusat Kebudayaan Talang Mamak, mereka tidak melakukan tradisi mengilir dan menyembah raja, sistem kebatinan juga mulai luntur, umumnya mereka otonom menjalankan aktivitas dan menyelesaikan persoalan berat secara formal melalui kepala desa. Namun umumnya mereka masih animis dan sebagian kecil sudah menjadi katolik sinkritis yang berada di Dusun Siamang.





Mereka mengenal banyak tentang obat-obatan tradisional. Menurut ekspedisi Biota Medika (1998) bahwa Suku Talang Mamak memanfaatkan 110 jenis tumbuhan untuk mengobati 56 jenis penyakit dan 22 jenis cendawan obat. Sedangkan Suku Melayu memanfaatkan 182 jenis tumbuhan obat untuk 45 jenis penyakit dan 8 jenis cendawan. Selain itu Masyarakat Talang Mamak juga memiliki pengetahuan etnobotani. Mengenal berbagai jenis tumbuhan dan juga satwa.


Mata pencarian utama mereka adalah berladang berpindah dengan integrasi penanaman karet, di sela-sela berladang mereka mencari hasil hutan seperti jernang, rotan, labi-labi. Untuk memenuhi kebutuhan protein mereka berburu ke hutan.
Interaksi
Suku Talang Mamak di dalam TNBT sangat sopan, menghargai orang luar yang datang kepada mereka. Pada umumnya mereka jujur dan tidak mau mengganggu orang lain, daripada konflik lebih baik menghindar dan pergi ke hutan merupakan sifat dasar mereka. Jangan sekali-kali menggurui karena mereka adalah guru yang paling baik dalam hal etnobotani, etnozoologi, budaya dan sistem pertanian.

Banyaklah belajar dari mereka
Dalam pemberian bantuan jangan ada kesan simbolik meremehkan martabat dan jati diri mereka, misalnya memberi bantuan baju bekas, ini bermakna martabat dan status sosial mereka lebih rendah dari kita dan kain bekaslah yang pantas buat mereka. Berikan sesuatu yang bermakna bagi hidup mereka dan lingkungan seperti biji buah-buahan, mungkin buku dan pensil atau apa yang mereka inginkan. Bila ingin mendokumentasikan sesuatu sebaiknya harus permisi karena ada hal-hal sakral.
Sumber: http://www.bukit30.org/








Tiada ulasan:

Catat Ulasan